Pernahkah kita menonton televisi? Pertanyaan yang sangat mendasar dan bodoh ketika ditanyakan pada masyarakat pada umumnya. Pernahkan kita melihat iklan dari sebuah Perusahaan rokok yang menggunakan taggline “mau eksis, jangan lebay pliss”? nah, ini mungkin bisa menjadi pertanyaan yang lebih baik daripada pertanyaan sebelumnya. Namun yang lebih “akademik” dan lebih berbobot adalah ketika muncul pertanyaan “Pesan apa yang disampaikan oleh iklan ini?”. Hikmah apa yang disampaikan oleh iklan yang dikemas dengan ringan dan penuh dengan canda pada penyampainnya. Mungkin inilah pertanyaan yang cukup logis untuk kita sampaikan dan pertanyakan pada masyarakat luas.
Iklan yang menceritakan seorang yang mencoba tetap “shinning” dimanapun dan kapanpun dengan iktu berpose dalam tiap foto-foto yang dilakukan orang serta selalu mengupdate status yang memberitahukan kegiatannya Alex(nama tokoh dalam iklan) walau ada sedikit pemutarbalikan fakta disana.
Bila kita maknai lebih dalam penyampaian iklan ini kita akan menemukan sesuatu yang cukup menggelikan dan menusuk hati. Kita tahu bahwa telah banyak media yang dapat “mengungkap” diri kita. Media-media yang mampu mengeksplorasi diri kita yang kita sadar atau tidak kita sadari mampu membuka diri kita. Mulai dari profil pribadi ataupun hanya bentuk fisik kita. Contoh gampang adalah kamera, kita tahu tiap saat dengan mudah dan cepat tinggal jepret. mudah mentransfer atau mudah membagi. Tidak jarang kita merasa kaget ketika gambar foto pribadi kita terdapat di laptop orang lain, itu hanya sekedar contoh kecil.
Nah, untuk lebih ekstrim? Anda tahu situs jejaring seperti Friendster, My Space, Twitter atau Plurk? Atau yang sekarang cukup diminati “status show with cheap people do”, facebook. Cukup gampang kita berbagi informasi pribadi kita, mulai dari foto-foto, info ulangtahun, alamat tinggal. Yang sangat kita ketahui untuk ulangtahun dan alamat adalah data diri paling dilindungi oleh masyarakat di Amerika. Parah lagi kita meninggalkan nomor handphone dan email yang bisa diakses oleh orang lain secara bebas. Ini adalah sesuatu hal mendasar yang merugikan pada kita jika kita lebih memikirnya.
Memang kita tidak sadar dan mungkin tidak terbesit pemikiran kita, apabila kita mengumbar seperti itu akan sangat “bermanfaat” bagi mereka para “info hunter” yang menggunakan pikiran mereka untuk mengolah data yang merekan peroleh. Dengan facebook, dengan mudah kita mampu membaca dan mendapat orang yang kita inginkan disana. Dengan cermat, mampu kita membaca sifat dari sang pemilik profil tersebut, mulai dari cara pengisian profil, kata-kata yang disampaikan serta cara penempatan foto dan cara menanggapi sapaan dari pengguna facebook lain. Dengan mudah bagi mereka yang dapat memanfaatkannya, belum lagi dengan adanya sebuah menu “status” yang dapat diisi berupa curhatan atau pemberitahuan apa yang kita lakukan, waoo inilah waktunya bagi para jenius beraksi.
Tidak akan saya sampaikan bagaimana cara mereka, karena jutaan cara yang dapat mereka tempuh. Seperti banyaknya yang disediakan disana, mulai dari chatting, video, tagg foto dan aplikasi game seperti main kartu poker. Saya akan menyebutkan contoh kongkrit yang kita hadapi.
Pernah saya temua seorang wanita yang melakukan perupdatetan sebuah status yang menurut saya menggelikan. “makan dulu ya..”, “aku tidak bisa tidur ni”, “malem semuanya..”, “aku lagi marahan ma cowok aku”. Kita urut, yang paling menarik adalah status yang terakhir marahan dengan cowoknya. Pasti adalah yang menanggapi hal seperti ini, bagi yang pinter, inilah saatnya, dari mengenali kondisi, sikap dan lain sebagainya. Ketika menanggapi, dan ternyata sang wanita juga merespon, ketika kemudian sang pasangan wanita tersebut mengetahui, dan terjadi pertengkaran dikarenakan hal tersebut, siapa yang salah? Kalo sampai terjadi perpisahan, lantas siapa yang rugi? Itu pun baru mencoba “mengambil” dari sisi fasilitas status. Belum dari chatting disana, message dan lain sebagainya. Serta pembacaan profil diri yang begitu fullgar disana.
Contoh lain mungkin masih banyak, yang jelas kita mungkin sering mendengar, kecemburuan karena jejaring, putus cinta karena jejaring dan dampak negatif lainnya. Namun pasti ada positifnya bagi mereka yang haus akan sosial, tapi renungkan!!! Renungkan lagi!!! Mantepkah dengan media seperti itu? Rasanya lama? Saya yakin akan hilang ketika kita sudah tidak “muncul” lagi disana.
Simpel saja, jadi males untuk melakukan aktivitas. Mending melakukan rebahan di kost dan update status, main game dan share komentar. Bukankah kita dapat dibaca orang lain, bahwa secara tidak sadar kita telah menunjukkan kita males dan berdiam untuk melakukan jejaring maya seperti ini dan “mengganggur” tanpa hasil?
Bukan saya mendzolimi macam jejaring seperti ini, yang saya tekankan adalah bagaimana memenej hal semacam ini sejauh kita mendapat manfaat disana. Maka ketika muncul iklan rokok di TV baru-baru ini, bagi kita yang “mahal” merasa risih disana. Eksis dengan macam seperti ini hanya bersifat temporer, kenapa kita tidak mencoba yang bisa continue?? Eksis dalam kegiatan atau kerja, yang saya yakin eksis seperti ini lebih memuaskan.
Apakah dilarang? NO!!! saya bukan seorang yang berhak disana. Itu adalah pilihan anda, sebagai pribadi yang ingin diunggulkan atau mengunggulkan diri? Pilih mana? J
Masih bisa kita memanfaatkan jejaring seperti ini , seperti memberikan informasi tentang pengalaman kerja kita, data “selling” kita untuk menarik lapangan kerja kita. Nah, itulah manfaat. Dari pada kita mencoba mengumbar berapa ukuran dari BH kita. Atau warna daleman kita pada hari ini.
KITA INI ADALAH PRIBADI YANG LUAR BIASA YANG SEHARUSNYA DIJUNJUNG TINGGI KEATAS OLEH DIRI KITA DAN ORANG LAIN BUKAN DILEMPAR KEATAS YANG NANTI AKAN JATUH KEMBALI KE BUMI.